Jumat, 31 Oktober 2014

MENCARI IMAN



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ. اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Ketika hati kita merindukan hati nurani yang suci , ketika hati kita merindukan pada kebersihan dan kebahagiaan hati. Ketika kita ingin membersihkan kalbu dari cinta dan kesibukan duniawi . Kepada siapa kita datang mendekat .....?

Marilah kita menghayati posisi kita selaku hamba Allah . Kita ini hamba Allah . Dan Allah adalah Sang Maha Majikan kita. Sebagai seorang hambaNya sudah barang tentu kita harus mengabdi kepadaNya. Pengabdian kita pada Allah tidak hanya di tunaikan dalam kewajiban saja , tetapi segala yang di perintahkan Allah , namun harus pula menjalani ketetapan , yaitu segala sesuatu yang di tentukan Allah.

Ada dua hukum yang harus kita patuhi sebagai orang yang beriman , yaitu hukum "Taklif" yang kita kenal sebagai sebagai berbagai perintah dan larangan Allah yang harus kita jalani selama hidup.  Dan hukum " Takdir " yang mencakup semua ketentuan dan keputusan Allah yang harus kita jalani dalam hidup. Kita harus melaksanakan kedua nya agar mendapatkan kesempurnaan iman.

Alllah Sang Maha Pengatur telah mempersiapkan semua kebutuhan dan keperluan seluruh makhluknya  dan setiap saat di jaminNya. Dengan ilmuNya Allah mengatur. Kita sering lupa bahwa selama ini urusan hidup kita ada dalam pengaturan Allah. Dengan akal yang kita punya , kita seakan ingin mengambil alih seluruh hak pengaturan itu , mengatur seluruh kehidupan di dunia ini.  Ini tidaklah betul , ini adalah bentuk dari ketidak bersyukuran kita .

Akal yang di anugerahkan pada kita , harusnya kita gunakan untuk memahami dan melaksanakan secara baik perintah Allah , dan bukan untuk melanggarnya . Memahami dan menjalankan ketentuan Allah dan bukan untuk menolakNya.

Dalam " Al - Hikam  " Syekh Ibn Athailah mengungkapkan ;
" Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah di jamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang di tuntut darimu , adalah bukti dari rabunnya mata batin mu ".

" Karena itu istirahatkan dirimu dari mengatur urusanmu , karena segala yang telah di urus 'selainmu' ( yaitu Allah ) , tak perlu engkau turut mengurusnya ".

Seberapapun kekuatan dan semangat kita tidak akan mampu menerobos benteng takdir Allah .
Seberapa banyak energi yang kita keluarkan untuk memenuhi keinginan , tetap saja tidak akan tercapai jika tak sesuai dengan keputusan Allah. Kita tidak akan mampu memenangkan kehendak kita di atas kehendakNya.

Dalam kehidupan ini seringkali kita menemukan bahwa apa yang menurut kita baik ternyata bisa membawa keburukan , dan apa yang kita sangka buruk ternyata membawa kebaikan. Ada keuntungan di balik kesulitan , bisa jadi kerugian muncul dari kemudahan.

Sibuk mengatur nasib sendiri adalah tindakan yang sia sia , apalagi jika kesibukan ini melalaikan kita dari tugas tugas sejati seorang hamba Allah . Bukankah manusia itu pada dasarnya tidak mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya . Sedangkan Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat seluruh makhlukNya , selalu ada dekat dengan makhlukNya , selalu memberi perhatian kepada kita meskipun tanpa sepengetahuan kita. Tidak percaya kalau Allah tidak mengabaikan kita , adalah bukti dari lemahnya iman kita.

Mereka yang memelihara kecintaan kepada Allah dan tidak ingin menjauh dariNya , pasti akan mencoba mengugurkan " tadbir ( sikap mengatur diri sendiri ) dan kesombongan mereka yang membuat mereka terhijab dari rahmat Allah. Mereka akan keluar dari sikap tadbir menuju terangnya " tafwidh " yaitu penyerahan urusan atau pilihan hidup hanya kepada Allah , hingga mereka menyaksikan dan merasakan diri ini di atur dan tidak turut mengatur , di tentukan dan tidak menentukan , di gerakan dan tidak bergerak sendiri . Semua ini memerlukan rasa penyerahan diri , dan sikap ridho dengan pengaturan Allah. Di perlukan juga sikap selalu berbaik sangka pada Allah.

Kepasrahan yang di maksud yaitu keberserahan diri kepada pengaturan dan kehendak Allah tidaklah sama dengan berhenti berusaha , berhenti mencari rezeki ataupun berhenti berdoa lantaran menyerahkan semuanya pada Allah. Kepasrahan bukanlah kemalasan.

Cara hidup orang yang berserah diri kepada Allah , pandangannya , perasaannya , bagaimana dia menyikapi hidup memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yaitu :

* Tidak gelisah akan sarana sarana penghidupan . Tidak khawatir dengan rezeki yang datangnya dari Allah. Sehingga hidupnya merasa tenang . Karena ketenangan itu penting untuk mencapai kesuksesan dalam meraih sarana sarana penghidupan.

* Tidak bergantung pada amal atau usaha. Kebergantungan kita pada perbuatan atau usaha seringkali berbuntut keputus asaan dan frustasi , segala daya upaya  di curahkan tapi terbentur oleh kendala kendala dan kegagalan. Dengan bergantung kepada Allah membuat kita selalu bangkit . Dengan keyakinan apapun pemberian Allah pada kita adalah yang terbaik.

* selalu ridho pada kenyataan. Dengan selalu ridho pada kenyataan , sesulit apapun kita akan selalu siap ,menghadapinya dan merespon semuanya secara wajar. Memandang segala sesuatu dengann pandangan iman.

* Selalu optimis dalam hidup. Bersandar kepada Allah , melipat gandakan rasa optimis kita terlepas dari betapa buruk kesulitan yang kita hadapi di mata orang lain. Dengan tidak pernah lalai bahwa Allah Sang Maha Penolong dan Maha Kuasa. Dengan tidak pernah kehilangan rasa butuh kepada NYA. Kita akan menjadi terbebas dari keterbatasan dan merasa tenang lapang sekalipun di kepung oleh berbagai ketidak mungkinan dalam kehidupan. Kita selalu merasa menjadi pemenang dalam kehidupan ini.

Subhanaallah ... Allah telah memasukan kita ke dalam golongan orang orang yang mencintaiNYA , menganugerahi kita kedekatan kepadaNYA , menyelamatkan kita lewat hubungan yang tak terputus dari NYA .


Singapore 6 oktober 2014.
Noni




Tidak ada komentar:

Posting Komentar