Sabtu, 22 Februari 2014

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

" Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang "


ISLAM DALAM BENTURAN PERADABAN MODERN

Dalam sejarah , hubungan antara agama dengan ke modernan yang kemudian di tandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sangat pesat tidak bisa di hindarkan lagi. Adakalanya ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu berjalan beriringan , namun tidak jarang menimbulkan perbenturan yang bahkan bisa mengarah pada krisis kemanusiaan. Benturan itu terjadi ketika nilai nilai ilmu pengetahuan dan tekhnologi bertentangan dan bahkan menentang secara terbuka dengan nilai nilai agama.

Modernisasi telah membawa pengaruh terhadap cara umat beragama mengekspresikan diri dalam keberagaman beragama , pola pola hubungan dan komunikasi antar umat beragama yang sangat beragam. Pola pola komunikasi dan hubungan di antara pemeluk agama di tuntut semakin terbuka , toleran , penuh kejujuran , mengalir terus menerus.

Di sinilah letak pentingnya umat islam sebagai bagian dari umat beragama mengembangkan pemikiran yang arif dan bijaksana dalam menyikapi modernitas. Misalnya  :
1. Menjaga kehidupan umat islam agar tidak tercabut dari prinsip prinsip agama.
2. Membangun pemikiran islam agar tidak terpisah dari ilmu pengetahuan rasional
3. Menjaga pemikiran islam agar mampu menyesuaikan diri dengan realitas modern dan mampu merespons kebutuhan kehidupan manusia modern.

Rekaman sejarah masa lalu mencatat bahwa ulama adalah aktor utama yang mengibarkan semangat menuntut ilmu pengetahuan dan mengantarkan ilmu pengetahuan menjadi penerang umat manusia. Puncak pencapaian ilmu pengetahuan pada abad pertengahan di tandai dengan banyaknya karya ilmiah pemikir muslim  misalnya al-Khawarizmi , Ibnu Haitam , Ibnu Rasyid dan lain lain.

Sayangnya cahaya ilmu pengetahuan umat islampada era setelah itu kian meredup. Kecendrungan umat islam menjadi lebih suka mengejar pencapaian spititual dan kepuasan ruhaniah. Sementara kegiatan pengembangan aspek intelektualitas menjadi terabaikan. Dalam kondisi demikian wajar saja jika umat islam tak berdaya ketika harus menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan modern yang mayoritas bersumber dari barat. Kesan yang kemudian muncul adalah terjadinya disintegrasi ilmu pengetahuan dan agama.

Benturan peradaban antara dunia barat dan timur tumbuh seiring dengan perkembangan dunia. Citra Islam seringkali tersudut gara gara sikap apriori dunia barat. Terutama di media massa barat yang sering kali sqlah persepsi , dan memberitakan Islam secara kurang proporsional dan sering menganggap Islam sebagai gerakan fundamentalis dengan hanya melihat satu negara saja , contohnya negara Iran. Padahal jumlah dan haluan politik negara Islam sangat beragam. Kebanyakan negara Islam saat ini menunjukan semangat demokrasi. Fakta tentang kecendrungan demokrasi negara negara islam luput dari pengamatan barat.

Kalangan barat tetap tidak mau mengubah penilaiannya terhadap citra Islam untuk menjadi lebih positif. Mereka masih saja menggambarkan pemeluk Islam sebagai rasialis , fanatik , intoleransi , terbelakang dan anti demokrasi. Penciptaan imajinasi kalangan barat tentang " satu Islam " atau semua muslim itu sama , baik dalam kepercayaan , pemikiran serta tindakannya. Kalangan barat ini cendrung meletakan Islam sebagai sumber konflik.

Kegagalan dunia barat dalam membedakan mana " Islam yang Radikal ( keras ) " dan mana yang " moderat " dapat merusakan citra Islam sebagai rahmatal lil 'alamin. Karena itu alangkah bijaksananya jika tata hubungan antara Islam dengan Barat di letakan dalam prporsi yang benar. Menempatkan Islam sebagai mitra yang akan bahu membahu menciptakan tata dunia baru yang lebih bermartabat dan damai , yang merupakan cita cita yang di impikan umat manusia di seluruh dunia.

Apalagi setelah kita sadari , kebangkitan Islam bagi sebagian besar kaum muslimin merupakan
gerakan sosial bukan politik , yang tujuannya adalah menciptakan suatu masyarakat yang lebih islami. Dan tidak mengharuskan terciptanya negara islam. Bagi kalangan muslim yang lain , memang ada yang berpendapat bahwa agar tatanan Islam bisa berjalan di perlukan institusi negara Islam. Namun yang perlu di catat , " Islam dan kebanyakan gerakan Islam bukanlah ancaman bagi Barat , tidak selalu anti Barat , anti Amerika atau anti demokrasi.

Mari kita tampilkan wajah Islam yang ramah. Islam yang damai , sejuk dan mengayomi. Kita tumbuhkan Citra Islam Indonesia yang dari dulu di kenal sangat santun dan toleran.

Di alam demokrasi seperti sekarang ini , sah sah saja jika muncul pandangan dari elemen masyarakat muslim yang menempatkan islam sebagai ideologi perjuangan. Apalagi watak dasar Islam dalam kehidupan bebangsa dan bernegara adalah tugas dari setiap umat Islam.

Namun oerlu di ingat , perjuangan ini akan mendapatkan respon positif jika menggunakan jalur yang di benarkan secara konstitusional serta mengedepankan wajah Islam yang santun , damai dan toleran. Sebaliknya hasil perjuangan sering di rasakan kurang optimal jika cara perjuangannya melanggar koridor hukum , mengganggu aturan yang sudah di sepakati bersama dalam aturan kehidupan berbangsa dan bernegara  , serta menebar keresahan dan kegelisahan sosial. Wajah garang dalam Islam , justru akan membuat ketakutan pihak pihak yang akan mendekati dan mempelajari Islam.

Islam mempunyai ajaran yang mengedepankan perdamaian dan persaudaraan. Konsep " ukhuwah ( kerukunan ) " yang meliputi " ukhuwah islamiyah ( kerukunan sesama pemeluk islam ) " , " ukhuwah insaniyah ( kerukunan sesama umat manusia ) dan " ukhuwah wathaniyah ( kerukunan sesama anggota bangsa ) ". Selain itu kualitas hubungan antara manusia ( hablu minanas ) juga perlu mendapatkan perlakuan secara proporsional untuk menyempurnakan hubungan kepada Allah SWT
(hablu minallah ).

Agama di wahyukan Tuhan untuk manusia bukannya manusia tercipta untuk kepentingan agama. Agama adalah jalan bukan tujuan. Dengan bimbingan agama , manusia berjalan mendekati Tuhannya dan mengharapkan ridhonya melalui amal kebaikan.

Kebenaran dalam pandangan Islam berakar pada hakikat Islam sebagai ajaran dan risalah yang di turunkan Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun akherat. Sendi dasar dari sikap yang tertanam dalam jiwa Muslim dan iman.  Wahyu Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad saw merupakan kebenaran yang harus di sampaikan kepada umat manusia seperti firman Allah SWT yang berbunyi :

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ 


" dan katakanlah kebenaran itu dari Tuhan kamu maka barang siapa yang mau , boleh ia beriman , dan barang siapa mau boleh tidak percaya ". ( QS. Al-Kahfi 29 ). 

Kebenaran adalah Islam itu sendiri , yang tertuang dalam wahyu dan di sampaikan kepada Nabi Muhammad saw dalam bentuk Al Qur'an. Agama menawarkan kebenaran yang pasti , karena ia di tempatkan sebagai pedoman hidup  akan tetapi kebenaran itu dapat di capai melalui proses pencarian pengertian dan penafsiran sesuai dengan tingkat intelektual manusia.

(56). وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


" dan aku tidak menciptakan jin manusia supaya mereka menyembahku " ( QS. Al-Dzariyat 56 )  

Tujuan utama penciptaan manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah , mendapatkan ridhoNYA dan berkonsentrasi pada aktifitasnya ke arah ibadah. Ilmu dalam posisi demikian hanyalah alat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah SWT , mendapatkan ridhoNYA dan kedekatan kepada NYA.

Ruang lingkup dari ibadah itu sangat luas. Ibadah tidak hanya mencakup ritual sholat , puasa , zakat , dan haji , namun mencakup pula semua amalan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu alat yang menolong manusia dalam perjalanan menuju Allah SWT adalah ilmu. Hanya dengan berbuat yang di dasari ilmu , maka ilmu itu di pandang bernilai. Dengan bantuan ilmu seorang muslim bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan benar.


Pamulang 22 februari 2014 ( noni ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar